Waldine Praxedes Meak (Vero) she/her
Header
Founder & Coordinator
Kelomang Community
Participant: 2020 Indonesia Grassroots Accelerator
Global
Header
West Papua
Header
Indonesia
Waldine Praxedes Meak (Vero) she/her
Header
Founder & Coordinator
Kelomang Community
Participant: 2020 Indonesia Grassroots Accelerator
Organizing Mbaham-Matta women for social transformation.
Waldine Praxedes Meak (Vero) was born and raised amongst Mbaham-Matta tribal farming families who relied on Nutmeg plantations. Her upbringing inspired her to form the KELOMANG Community in 2009, which focuses on forest preservation through organic farming and women’s economic improvement through savings and loans. Located in Kampung Brongkendik, she established the organization alongside 30 active members from the Mbaham-Matta Fakfak tribe, who care about women’s empowerment and social transformation in Papua through alternative education, community organizing, and assistance to women. As a coordinator in the KELOMANG Community, Vero oversees these community members as they carry out their collective work plan.
Over recent years, Vero has completed multiple trainings to strengthen her work. Since 2014, Vero has taken part in the KEMENDAGRI-PNPMN-MANDIRI RURAL-AGRICULTURAL District Activity Management Team (TPKD) Training, the ELSAM JAKARTA-PEACE BRIGADES INTERNATIONAL Human Rights Defenders Course, and the Training of Trainers (TOT) HAM Defenders – ELSAM JAKARTA-PEACE BRIGADES program. In 2019, Vero also participated in a leadership development program through United in Diversity for environmental practitioners working towards equitable, sustainable, and local management of natural resources.
Vero and her community partners believe that a just Land of Papua can only be achieved if women are empowered, educated, and organized so that they have agency and control in their communities. Over the next few years, Vero aims for Papuan women in Brongkendik village to gain a deeper understanding of forest conservation and be able to manage natural resources independently. She plans to coordinate with Women’s Groups in Kampung Brongkendik and increase their capacity through participatory training and practices that are responsive to local potential.
Mengorganisir perempuan Mbaham-Matta untuk transformasi sosial
Nama saya adalah Waldine Praxedes Meak, saya di Lahirkan di Kampung Brongkendik pada 25 Agustus 1987, Anak ke tiga dari enam bersaudara. Lahir dan di besarkan oleh Bapak yang berasal dari Nusa Tengara Timur dan Ibu yang berasala dari Suku Mbaham-Matta FakFak. Lahir dan dibesarkan di tengah-tengah keluarga petani Suku Mbaham-Matta yang mengantungkan diri pada hasil perkebunan Pala menjadi inspirasi tersendiri untuk saya bersama beberapa Perempuan Suku Mbaham-Matta membentuk Komunitas KELOMANG pada tahun 2009 yang fokus pada pelestarian hutan lewat kegiatan pertanian organik dan peningkatan ekonomi perempuan dalam bentuk unit usaha simpan pinjam. dengan jumlah anggota aktif sebanyak 30 orang perempuan yang berasal dari Suku Mbaham-Matta Fakfak yang peduli terhadap pemberdayaan Perempuan dan transformasi sosial di Papua melalui pendidikan alternatif, pengorganisasian masyarakat, dan pendampingan terhadap perempuan.
Sebagai kordinator pada Komunitas KELOMANG, menjadi tantangan tersendiri bagi saya dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guna mampu menyelesaikan berbagai macam persoalan yang dihadapi oleh perempuan Suku Mbaham-Matta FakFak, pada tahun 2014 saya terlibat sebagai Tim Pengelolah Kegiatan Distrik (TPKD)
KEMENDAGRI-PNPM-Mandiri Perdesaan- Pertanian, kemudian pada tahun 2015 saya terlibat mengikuti Kursus Dasar Pembela HAM – ELSAM JAKARTA-PEACE BRIGADES INTERNATIONAL (pbi),tahun 2016 terlibat dalam kegiatan Training Of Trainers (TOT) Pembela HAM – ELSAM JAKARTA-PEACE BRIGADES INTERNATIONAL (pbi), dan pada tahun 2019 terlibat dalam sebuah program pengembangan kapasitas kepemimpinan praktisi lingkungan menuju pengelolaan sumber daya alam berkeadilan,berkelanjutan,dan berkearifan lokal. (BEKAL PEMIMPIN 2019) – United In Diversity (UID).
Kami percaya bahwa Tanah Papua yang berkeadilan hanya bisa dicapai jika peran perempuan dan masyarakat sipil di tingkat akar rumput berdaya, terdidik, dan terorganisir, sehingga memiliki posisi tawar dan mampu mengontrol berbagai hal yang terjadi di komunitasnya. Kemampuan untuk menganalisis persoalan hingga akarnya, kemauan untuk bertindak dan berpikir maju, rasa solidaritas dan kesadaran mengorganisir diri, serta ketrampilan yang tepat guna sesuai perkembangan jaman, adalah hal yang harus dikuasai oleh perempuan dan masyarakat sipil di tingkat akar rumput.